KUMPULAN TEMA RISET GIZI Lihat dini
KUMPULAN AREA PENELITAN MAHASISWA MENURUT BIDANG KOMPETENSI NUTRISIONIS Lihat Disini
DAFTAR PUBLIKASI KU
HUBUNGAN RIWAYAT BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN STATUS GIZI SAAT USIA 1-3 TAHUN DI KELURAHAN HARJAMUKTI KOTA CIREBON
Rebon Shrimp Powder Addition Influence to Nutritional Values, Organoleptic Properties and Acceptance of Supplementary Food by Children Aged 4-5 Years Old
PENGEMBANGAN SOSIS NABATI BERBAHAN DASAR AMPAS TAHU DAN JANTUNG PISANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN DAN SERAT
PEMBENTUKAN KELOMPOK PRODUKSI ABON NABATI OLEH PKK DAN IBU BALITA GIZI BURUK DI KELURAHAN ARGASUNYA KOTA CIREBON
PENGARUH PENAMBAHAN BUBUK UDANG REBON (Acetes Erythaeus) TERHADAP KANDUNGAN GIZI DAN DAYA TERIMA MENU PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) BALITA DI POSYANDU
PENGARUH PEMBUNGKUS TEMPE TERHADAP DAYA SIMPAN DAN SIFAT FISIK TEMPE
FORMULASI BUBUK UDANG REBON PADA MENU PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) BALITA 4-5 TAHUN DI POSYANDU ANGGREK KECAMATAN HARJAMUKTI KOTA CIREBON
Priyo Sulistiyono1, Dewi Marhaeni Diah Herawati2, Insi Farisa Desy Arya3
sbimbom@yahoo.com
Prevalensi balita gizi kurang di Kota Cirebon mencapai 13,9% sedang balita pendek mencapai 15,7%, salah satu penyebabnya adalah karena minimnya makanan sumber protein hewani yang dikonsumsi oleh anak balita. Udang Rebon sebagai pangan lokal daerah pesisir memiliki potensi kandungan nutrisi yang baik terutama kandungan protein dan kalsium. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui formulasi PMT-BUR yang memiliki sifat organoleptik dan daya terima balita terbaik.
Penelitian dimulai dengan tahapan pembuatan Bubuk Udang Rebon (BUR), uji organoleptik, uji laboratorium dan uji daya terima PMT-BUR pada balita. BUR dibuat menggunakan udang rebon varietas lokal Cirebon. Uji organoleptik dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari empat perlakuan (BUR 5, 10, 15%) termasuk kontrol (0%) dan dua kali ulangan. Responden uji organoleptik sebanyak 30 panelis yaitu Mahasiswa Program Studi Diploma Gizi Cirebon. Uji penerima dilakukan dengan satu kali uji coba BUR terpilih pada satu kelompok balita usia 4-5 tahun di Posyandu Anggrek Kelurahan Harjamukti Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon sebanyak 50 balita.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kandungan protein (p=0,000), kalsium (p=0,013), tingkat kesukaan warna (p=0,029), rasa (p=0,000), aroma (p=0,000), tektur (p=0,000) dan tingkat kesukaan keseluruhan (overall) (p=0,000) pada berbagai persentase penambahan bubuk udang rebon sebagai PMT balita. PMT-BUR bubur lemu dapat diterima oleh 80% balita dan bolu kukus mencapai 88%. Kandungan kadar air, kadar abu dan protein BUR memenuhi SNI pembanding.
Formulasi PMT-BUR dengan tingkat kesukaan tertinggi adalah PMT-BUR 5% dengan kadungan protein mencapai 83,8% standar minimal protein PMT sebesar 8 g% dan tingkat penerimaan balita mencapai 88%. Bubuk udang rebon (BUR) dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai suplemen atau bahan tambahan PMT balita di posyandu untuk meningkatkan mutu gizi. BUR dapat menjadi solusi dalam penanganan kasus balita kurang gizi di Kota Cirebon.
Kata kunci : balita, gizi kurang, pendek (stunted), udang rebon (acetes erythraeus), PMT.
PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN TEPUNG
UBI JALAR (Ipomoea batatas L.)
TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK COOKIES
Zulfa Rizki Fadhilah1, Sholichin, SP2, Priyo
Sulistyono, SKM3
Latar Belakang : Cookies adalah
salah satu cemilan yang banyak digemari oleh masyarakat. Konsumsi rata-rata cookies atau kue kering di kota besar
dan pedesaan di Indonesia adalah 0,40 kg/kapita/tahun. Cookies yang ada biasanya terbuat dari tepung terigu. Dalam kurun waktu 30
tahun, konsumsi terigu naik menjadi 500%. Terigu
yang digunakan di Indonesia semuanya masih impor. Meskipun sudah dilakukan penanaman bahan baku terigu yaitu gandum,
penanaman gandum di Indonesia belum cukup baik. Berbeda dengan penanaman ubi jalar di Indonesia menunjukan hasil panen yang
melimpah. Ubi jalar bisa dibuat sebagai tepung.
Tepung tersebut bisa dijadikan pengganti terigu bahan dasar cookies. Penggantian tepung terigu pada cookies akan merubah teksur, aroma, rasa
dan penampilan dari cookies tersebut
oleh karena itu penulis juga ingin mengetahui sejauh mana produk
tersebut diterima konsumen nantinya.
Tujuan Penelitian : Mengetahui pengaruh subtitusi tepung terigu
dengan tepung ubi jalar (Ipomoea batatas
L.) terhadap sifat organoleptik cookies.
Metode Penelitian : Jenis penelitian ini bersifat
eksperimen semu dengan desain penelitian rancangan acak blok lengkap. Panelis dalam
penelitian ini merupakan panelis agak terlatih berjumlah 25 orang. Data
dikupulkan menggunakan formulir uji organoleptik yang kemudian diolah
menggunakan uji kruskall-wallis.
Hasil Penelitian : Hasil organoleptik
menunjukan cookies terigu masih
menunjukan penilaian tertinggi terhadap warna, aroma, rasa, tekstur. Organoleptik
terhadap warna tepung ubi yang tertinggi adalah ubi ungu, aroma tertinggi ubi
putih, rasa tertinggi tepung ubi kuning,dan tekstur tertinggi ubi jingga. Hasil
uji kruskal-wallis terhadap warna (p=0,00), aroma (p=0,00), rasa (p=0,00)
dan tekstur (p=0,00).
Simpulan : Penelitian ini menunjukan
bahwa terdapat pengaruh pada subtutusi tepung terigu dengan tepung ubi jalar (Ipomoea batatas L.) terhadap sifat
organoleptic cookies.
HUBUNGAN SARAPAN PAGI DENGAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI 1 CINAGARA KECAMATAN LEBAKWANGI KABUPATEN KUNINGAN
Lina Herliani 1, Priyo
Sulistiyono2, Samuel3
Latar Belakang: Sarapan atau makan pagi
adalah menu makanan pertama yang dikonsumsi paginya sekitar pukul 06:00. Diperkirakan
sekitar 25% asupan zat gizi berasal dari
sarapan. Angka Kecukupan Energi pada anak sekolah
sebanyak 450-500 kkal dan 11-12 g protein berasal dari sarapan. Konsentrasi belajar merupakan
suatu prilaku dan fokus perhatian siswa untuk dapat memperhatikan dalam setiap
pelaksanaan pembelajaran, serta dapat memahami setiap materi pembelajaran yang
telah diberikan.
Tujuan Penelitian: Tujuan dari penelitian ini untuk
menganalisis hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan konsentrasi belajar siswa
Kelas IV dan V SD Negeri 1 Cinagara kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan,
dengan jenis penelitian crossectional dengan
sampel pada siswa kelas IV dan V.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian tentang kebiasaan sarapan pagi 73.8% siswa melakukan sarapan pagi,
dari 31 siswa yang melakukan sarapan pagi didapat 74,2% siswa yang
asupan energi sarapan pagi kurang terhadap AKG, 71,0% siswa yang asupan protein sarapan pagi kurang terhadap AKG, Sebagian besar 81% siswa Kelas IV dan V memiliki kecepatan belajar “Baik”. Sebanyak
69,0% siswa kelas IV dan V memiliki ketelitian belajar “Kurang”. Sebagian 66,7% siswa kelas IV dan V konstansi belajar
“Kurang”. Sebagian
(54,8%) siswa memiliki konsentrasi belajar “Kurang”. Hasil uji statistik diperoleh p value>α artinya
tidak ada hubungan sarapan pagi dengan kecepatan belajar siswa kelas IV dan V (p value = 0,934; α = 0,05). hasil uji statistik diperoleh
p value>α artinya tidak ada hubungan signifikan sarapan pagi
dengan ketelitian belajar siswa kelas IV dan V SDN 1 Cinagara (p value=0,298; α = 0,05). Hasil uji statistik diperoleh p value>α artinya tidak ada hubungan sarapan pagi dengan
konstansi belajar siswa kelas IV dan V SDN 1 Cinagara (p value=0,333; α
= 0,05). Hasil uji statistik dengan spearman menujukan tidak ada hubungan bermakna anatara
sarapan pagi dengan konsentrasi belajar siswa kelas
IV dan V SDN 1 Cinagara (p= 0,503 < 0,05).
Kesimpulan : Tidak ada hubungan sarapan pagi dengan konsentrasi belajar siswa kelas IV dan V SDN I Cinagara.
GAMBARAN PENERAPAN PESAN GIZI SEIMBANG PADA REMAJA
DI SMP NEGERI 5 KOTA CIREBON
Isma Nur Isrofiyah1, Anis Abdul Muis2, Alina Hizni3, Priyo Sulistiyono4
Latar
Belakang: Masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang dan perawakan
pendek yang masih belum teratasi, ditambah masalah gizi lebih yang cenderung
meningkat di masyarakat. Remaja sebagai penerus bangsa, juga tidak terlepas
dari permasalahan gizi tersebut, dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi kualitas
sumber daya manusia dimasa depan. Penerapan gaya hidup sesuai Pedoman Gizi
Seimbang (PGS) diharapkan mampu mencegah timbulnya permasalah gizi tersebut,
yaitu pola makan yang baik, aktivitas fisik, hidup bersih dan memantau berat
badan secara teratur sehingga berat badan dapat dipertahankan normal.
Tujuan
Penelitian:
Mengetahui gambaran penerapan Pesan Gizi
Seimbang (PGS) pada remaja di SMP Negeri 5 Kota Cirebon.
Metode
Penelitian:
Penelitian observasional tentang gambaran
penerapan Pesan Gizi Seimbang berdasarkan sepuluh Pesan Gizi Seimbang pada 102 siswa SMP Negeri 5 Kota Cirebon yang diambil secara acak sederhana
dengan memilih satu kelas perwakilan ditiap rombongan belajar.
Hasil
penelitian: Penerapan
Pesan Gizi Seimbang (PGS) oleh siswa SMP Negeri 5 diketahui bahwa 53,9% tidak
menerapkan pesan syukuri dan nikmati aneka ragam makanan, 87,3% tidak
menerapkan pesan banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan, 80,4% menerapkan
pesan biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi, 62,7%
tidak menerapkan pesan biasakan mengonsumsi aneka ragam makanan pokok, 54,9%
tidak menerapkan pesan batasi konsumsi makanan manis, asin, dan berlemak, 66,7%
menerapkan pesan biasakan sarapan, 69,6% menerapkan pesan biasakan minum air
putih yang cukup dan aman, 77,5% tidak menerapkan pesan biasakan membaca label
pada kemasan pangan, 68,6% menerapkan pesan cuci tangan pakai sabun dengan air
mengalir, 90,2% tidak menerapkan pesan lakukan aktivitas fisik yang cukup dan
pertahankan berat badan normal.
Simpulan:
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa belum ada siswa yang menerapkan kesepuluh Pesan Gizi Seimbang
PENGARUH PEMBUNGKUS TEMPE TERHADAP DAYA SIMPAN
DAN SIFAT FISIK TEMPE
Priyo Sulistiyono1, Samuel2, Mey Mey Mailani3
Tempe
adalah salah satu makanan fermentasi tradisional Indonesia yang mengandung
nutrisi yang cukup tinggi. Pengemasan berperan penting dalam pengendalian dari
kontaminasi mikroorganisme terhadap produk bahan pangan. Penelitian ini
mempelajari pengaruh jenis pembungkus plastik, daun pisang dan daun jati
terhadap daya simpan dan sifat fisik tempe.
Penelitian
adalah quasi eksperimen dengan desain Rancangan
Acak Lengkap (RAL) terdiri dari tiga perlakuan (jenis pembungkus tempe).
Perbedaan daya simpan dan sifat fisik antar perlakuan di
uji Kruskal-Wallis dan uji lanjut LSD.
Hasil penelitian menunjukan jenis
pembungkus tempe (plastik, daun pisang dan daun jati) mempengaruhi daya simpan
dan sifat fisik tempe. Tempe dengan pembungkus plastik lebih cepat busuk,
dibanding dibungkus daun jati dan daun pisang. Tempe dengan
pembungkus daun pisang menunjukan persentase sifat fisik tertinggi. Ada
pengaruh jenis pembungkus tempe terhadap daya simpan dan sifat fisik tempe.
Kata
Kunci : Daya Simpan, Pembungkus,
Sifat Fisik, Tempe.